Surat Untuk Anak-Anak Perempuanku

Anak-anakku,
Kelak kalian akan tumbuh, berjalan ke dunia yang luas dan keras, tempat suara-suara orang lain seringkali lebih kencang dari isi pikiranmu sendiri. 

Dunia yang kadang membuat perempuan merasa kecil, seolah keberadaannya harus disesuaikan dengan ukuran yang sudah ditentukan—tentang bagaimana ia harus bicara, berpakaian, mencintai, bahkan bermimpi. Aku menulis surat ini agar kalian tak lupa: kalian boleh menjadi apa saja, siapa saja, selama itu adalah pilihan kalian sendiri.

Jadilah dirimu yang utuh. Jangan hancur hanya karena seseorang berkata kamu terlalu pembangkang, terlalu berani, atau terlalu mandiri. Dunia akan mencoba menaklukkan kalian dengan lembut: lewat pujian yang meninabobokan, atau lewat cinta yang pelan-pelan meminta kalian untuk mengecil. Tapi ingatlah, keberanian untuk menjadi diri sendiri adalah bentuk cinta yang paling sejati—cinta pada hidup, pada perempuan yang kamu lihat setiap pagi di cermin.

Hidupi mimpi-mimpimu, Nak. Jangan tunggu orang lain mengizinkan. Tak apa jika langkahmu goyah, tak apa jika gagal. Gagal bukan tanda kamu lemah, tapi bukti kamu hidup dan berani mencoba. Dalam setiap jatuh, ada ruang baru untuk tumbuh. Aku tak ingin kalian hidup untuk menyenangkan siapa pun—terutama mereka yang menilai keberhargaanmu dari seberapa rapi meja makanmu, seberapa patuh suaramu, atau seberapa kecil egomu menunggu mereka duluan yang menjadi besar.

Kamu bukanlah ketidaksempurnaan dari apa yang kamu sajikan untuk pasanganmu. Kamu lebih dari itu: kamu adalah kisah, pikiran, tawa, dan luka yang menjadikanmu manusia seutuhnya. Jangan biarkan siapa pun membuatmu merasa hidupmu hanya pantas dihargai ketika kamu memberi, melayani, atau menahan diri.

Dunia di luar sana sering tak adil untuk perempuan. Ia akan menuntutmu untuk bertahan di bawah ketiak, bahkan ketika kamu sudah berdiri tegak. Tapi percayalah, kekuatanmu bukan hanya pada tangan yang mampu bekerja, melainkan juga pada hati yang tahu kapan harus berkata “tidak.” Jangan takut pada kerasnya hidup—aku sudah melihatnya, menjalaninya, dan kini menulis untuk mengingatkan: kamu akan baik-baik saja, selama kamu tidak berhenti menjadi dirimu sendiri.

Dan jika suatu hari dunia terasa terlalu berat, ingatlah, ada doaku yang menyelimutimu diam-diam, setiap pagi dan setiap malam. Doa seorang ibu yang hanya ingin satu hal: agar anak-anak perempuannya tumbuh tanpa rasa takut untuk menjadi dirinya yang penuh, meski dunia sering kali belum siap untuk itu.

Dengan cinta yang tak habis-habis,
Ibumu.


Comments

Popular posts from this blog

Tidak Semua Orang Dianugerahi Keajegan Berpikir. Karena Menjadi Pengendali Hari ini Pun Sudah Cukup

Si Kepik dan Separuh Sayapnya yang Patah

Dua Bapak, Dua Dunia, Tiga Leksikal Gustatori