Mimpi Paling Eksistensialis
Ada kalanya duka cita rasanya begitu dekat sekali, air mata seperti hujan di atas ubun-ubun. Menangis itu bukan soal perkara patah hati semata, tapi karena tumpukan beban absurd kehidupan yang terus menampar tanpa peduli kita sedang memikirkan apa. Saat itu, hidup terasa seperti kehilangan manual, orang pintar mendadak bloon, bahkan tiap malam tiba-tiba mimpi Sartre, menghisap rokok Gauloises-nya sambil berbisik: "Hidup memang absurd, mon cherie. Kita ini cuma proyek gagal dari kebebasan yang tidak kita minta." Sartre sialan, se-absurd apa coba sampai mimpi begitu! Di saat saya cuma ingin tenggelam dalam playlist lagu subkultur punk yang menghibur hati, Sartre malah datang mengganggu mimpi, membawa beban eksistensial yang bikin galau. Lantas, saya jadi bertanya: kenapa di saat sedih, justru malah filsafat yang menggedor nalar? Tiba-tiba, suara Sartre bergema: "Keberadaan mendahului esensi." Apa maksudnya, Jean-Paul? Apakah ini berarti saya harus menciptakan makna h...