Posts

Showing posts from June, 2025

pulang pada puisi

Image
pulanglah ke sunyimu tempat mimpi lebih lugu ibadahmu hanya berupa larik dan langgam pulanglah pada dekap tangis tempat pilu tak perlu ditonton dan gagasan tak pernah monoton pulanglah menuju ruang suci tempatmu menyimpan benci yang tak perlu membuat orang bergidik ngeri pulanglah pada isak dan pada tawa yang kau derai tanpa perlu dilerai yang kau pindai tanpa usah kau bingkai pulanglah pada benih yang bertumbuh tempat imajinasi tanpa keluh meski hari-harimu penuh peluh pulanglah pada puisimu yang lebih jujur tempat kau bebas memaki  dari hati, dengan menohok sampai seronok pulanglah ke rumah tempat kau ragu tanpa perlu orang lain tahu tanpa perlu mereka ikut-ikutan pilu

Oposisi Biner

Hidup berjalan sesuai mekanismenya, bergulir tanpa skenario yang dibuat-buat, meski kadang kita sibuk merancang strategi agar semua berjalan sempurna. Tapi, apalah menjadi sempurna tanpa bersikap jujur apa adanya. Bahkan hati kecil tidak bisa dibohongi.  Tadi malam, saya mendapat kabar buruk, kalau naskah saya kembali ditolak di sebuah lomba kepenulisan bergengsi. Sementara paginya, saya harus mengisi kelas menulis. Kadang, saat begini itu, imposter syndrome kembali merajai pikiran, memerintahkan otak agar menyabotase mood sepanjang hari. Tapi hujan turun sejak fajar tiba, gerimis tidak berhenti-berhenti. Saya percaya, rintik hujan menghantarkan do’a yang mustajab. Maka seharian tadi, setiap berkah kesungguhan dalam memberikan ilmu dan manfaat melewati proses yang lancar dan menyenangkan. Saya percaya bahwa alam semesta menyimpan cara kerjanya sendiri, sebuah keteraturan tersembunyi yang tak selalu bisa diterjemahkan oleh nalar yang sedang kesal atau hati yang dirundung kecewa. Tap...

Tidak Semua Orang Dianugerahi Keajegan Berpikir. Karena Menjadi Pengendali Hari ini Pun Sudah Cukup

Mungkin kamu belum pernah merasakan bagaimana rasanya tetap berpikir waras, yang kapan saja bisa luruh sedikit demi sedikit, setiap kali cobaan hidup datang dari arah yang tak disangka-sangka, tanpa aba-aba. Bisnis bangkrut, teman-teman bisnis berkhianat, bahkan diagnosa dokter terasa ‘ngeri-ngeri sedap’.  Mungkin kamu belum tahu rasanya bangun pagi bertanya-tanya, apakah hari ini akan kebas lagi atau diserang panik? Apakah hari ini kecemasan akan membunuh keinginan untuk tetap hidup? Apakah bentuk cobaan hari ini?  Karena memang kalau tidak bangun, tagihan utang di masa lalu tidak akan berhenti, orang tua menanyakan kapan transfer, dan rekening kesehatan pun semakin membengkak, belum lagi aset yang mulai hilang satu per satu. Dan dalam kekacauan seperti itu, stoikisme bukan lagi teori. Ia adalah pelampung terakhir. Apa yang bisa dilakukan ketika hidup tidak memberi waktu jeda buat sekadar mengambil napas? Ketika setiap detik adalah pengingat bahwa kamu tertinggal, terlilit, t...

Ketika Lo Adalah Orang Paling Nggak Asyik di Tongkrongan

Image
Semua orang mungkin pernah mengalami, satu fase dalam hidup, ketika nongkrong menjadi sebuah kewajiban sosial. Bersama kawan hangout berjam-jam di kafe, ngobrol ngalor ngidul, bahas apa pun dari politik sampai film, dari gosip pertemanan sampai ngobrolin mantan. Semua terlihat happy, larut,  betah berlama-lama sampai kafe itu tutup. Semua, tapi tidak dengan saya. Baru satu jam duduk, rasanya hati mulai gelisah. Pikiran mulai berat dan lari kemana-mana, bukan karena obrolannya terlalu serius, tapi karena saat itu otak saya terus berputar. Pikiran melakukan banyak repetisi dan observasi, tanpa pernah disengaja. Inilah awal muasalnya. Rasanya, saya tidak pernah menjadi seorang anti-sosial, Otak ini memang terkondisikan cepat lelah. Dan ternyata, bukan fisik saya yang lelah, melainkan mental saya yang kehabisan daya untuk bersosialisasi. Saya yakin tidak cuma saya yang diciptakan, bersama otak yang bekerja dengan kecepatan dan kedalaman yang kadang tidak selaras dengan ritm...

Nikolai Gogol: Tertawalah, menertawakan Kesatiran

Ada semacam privilese yang aneh dalam ‘tertawa’ saat dunia sedang menghadapi cobaan berat. Bukan karena ledakan cobaan itu tak terasa, melainkan karena tubuh ini rasanya sudah terlalu lama berada di tengah cobaan yang amat menyiksa, dan satu-satunya yang tersisa untuk dilakukan adalah: menertawakannya. Di titik ini, saya membaca banyak karya Nikolai Gogol. Gogol tidak pernah menulis untuk membuat pembacanya merasa nyaman. Ia menulis untuk menyingkap absurditas yang menyaru sebagai sebuah tatanan, menelanjangi hal-hal yang membuat manusia merasa paling bermoral. Ia menulis tentang orang-orang kecil yang hidupnya lebih sering menjadi catatan pinggir dalam sejarah besar: Akaky Akakievich dengan mantelnya, atau Kovalyov dengan hidungnya yang kabur lalu naik jabatan, absurd bukan?  Semua tokoh-tokoh yang dicipta Gogol bukan pahlawan, bukan pemberontak, bukan filsuf. Mereka adalah kita — orang-orang biasa yang mencoba masuk akal di dunia yang sama sekali tidak masuk akal. Namun, yang mem...